Selasa, 06 Desember 2011

Warga Sekitar Bantaran Sungai Ditawarkan Rusunawa

BOGOR, (PRLM).- Desakan relokasi bagi warga yang tinggal di tebingan/bantaran sungai mendapat tanggapan dari Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor. Asisten Daerah Bidang Kemasyarakatan, Edgar Suratman yang dikonfirmasi, Minggu (4/12) membenarkan jika relokasi merupakan jalan satu-satunya untuk melindungi ribuan warga yang tinggal di tebingan/bantaran sungai dan terancam bencana longsor.

"Memang lebih baik lagi jika mereka direlokasi. Sebab, tempat mereka tinggal sekarang cukup membahayakan. Namun, relokasi tidak bisa begitu saja dilakukan. Selain membutuhkan perencanaan yang matang karena biaya yang dibutuhkan cukup besar, kesiapan warga untuk direlokasi juga menjadi pertimbangan kami," ujar Edgar.

Menurut dia, meski mengaku resah dengan ancaman bahaya atau bencana, masih banyak warga yang nekat tinggal di tebingan sungai dengan berbagai alasan. "Enggak semudah memindahkan barang lah. Harus ada pengertian ke warga," tambah Edgar.

Dikatakan Edgar, merelokasi warga memerlukan pendekatan tersendiri. Pasalnya, jika melalui intervensi, sudah dipastikan warga akan menolak. “Memang kami sudah berupaya untuk meminta warga agar tak lagi tinggal di lokasi yang rawan bencana. Namun, memang harus ada upaya lebih, karena penolakan juga sering dilontarkan,” ucapnya.

Untuk areal relokasi, lanjut Edgar pemkot masih menyarankan warga untuk pindah ke rumah susun sederhana sewa (rusunawa) di Kelurahan Menteng, Kecamatan Bogor Barat. “Yang saat ini kami tawarkan adalah rusunawa. Tapi, kita kemba­likan lagi pada warga. Karena ada ya­ng bersedia langsung pindah, ada pula yang tidak,” tuturnya.

Menurut dia, sejak awal, pihaknya merencanakan pembangunan rusunawa maupun rusunami untuk areal relokasi warga yang tinggal di tebingan/bantaran sungai. Hanya saja, sampao saat ini rencana tersebut masih sulit terwujud. "Ya tadi, meski merasa terancam, mereka enggan pindah dengan alasan kehidupan mereka, mata pencaharian mereka dan keluarga mereka turun-temurun tinggal di situ," lanjutnya.

Untuk saat ini, pihaknya baru bisa menfasilitasi sekitar enam keluarga korban bencana tanah longsor di Gang Tarmidi, Rt. 03 Rw 06 Kel. Cibogor, Kec. Bogor Tengah, Kota Bogor dua pekan yang lalu rusunawa di Kelurahan Menteng, Kecamatan Bogor Barat. "Ini baru yang darurat. Untuk ribuan warga yang ada di tebingan dan bantaran sungai perlu kita matangkan lagi seperti apa prosesnya. Sebab, ada banyak sekali mulai dari Cisadane, Ciliwung, belum lagi sungai-sungai kecil lain seperti Cibalok dan sebagainya," tutur Edgar.

Sebelumnya, ribuan warga di tebingan serta bantaran sungai di Kota Bogor mengaku resah memasuki musim hujan saat ini. Pasalnya, posisi rumah mereka berada di kawasan rawan longsor dan banjir. Hujan deras yang terus turun di wilayah Kota Bogor dikhawatirkan warga akan semakin mengancam keselamatan mereka. Hanya saja, sebagian warga mengaku enggan pindah dengan alasan ekonomi.

Mereka malah meminta Pemkot membangun talud yang cukup kuat di bantaran dan tebingan sungai agar bisa melindungi mereka dari bencana longsor dan banjir. Padahal, berdasarkan sejumlah kejadian, talud tidak benar-benar melindungi warga dari bencana. Sebab, ada beberapa talud yang dibangun dengan biaya besar tetapi tetap ambruk saat hujan deras dan tetap mengancam permukiman warga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Satu komentar dari Anda sangat berharga bagi kami